Konsep Efek Fotolistrik dan Penerapannya

  • ngadimin
  • Agu 14, 2023
Efek Fotolistrik
Efek Fotolistrik

tugassains.com – Efek fotolistrik merupakan sebuah fenomena fisika yang
berkaitan antara pengaruh cahaya dengan perpindahan elektron akibat adanya
energi yang dihasilkan dari cahaya yang dipancarkan.

Lebih mudahnya Efek Fotolistrik adalah fenomena dimana elektron
berpindah dari suatu permukaan logam akibat cahaya yang dipancarkan pada logam
tersebut, elektron yang keluar dari logam tersebut disebut dengan
fotoelektron dan proses pengeluaran elektron dari logam disebut dengan
fotoemisi.

Konsep Efek Fotolistrik
Konsep Efek Fotolistrik

Ketika gelombang radiasi cahaya diterima oleh suatu permukaan logam
menyebabkan pelepasan elektron secara terbatas dari logam yang menerima
pancaran cahaya tersebut. Fotoelektron yang lepas dari permukaan logam dapat dibuktikan dengan pengukuran menggunakan amperemeter.

Amperemeter akan bergerak ketika mendeteksi aliran elektron, dan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi banyaknya fotoelektron yang terlepas dari permukaan logam seperti intensitas cahaya, frekuensi cahaya dan beda potensial pada kedua permukaan logam.

Untuk membuktikan lebih lanjut mengenai efek fotolistrik digunakanlah peralatan sederhana yang dapat mengetahui adanya elektron yang lepas akibat terkenan radiasi cahaya, yang dibuktikan dengan percobaan
efek fotolistrik pada rangkaian berikut.

Percobaan Efek Fotolistrik
Percobaan Efek Fotolistrik

Pada percobaan tersebut menggunakan beberapa komponen pengukuran yaitu amperemeter digunakan untuk mendeteksi adanya aliran elektron yang disebabkan oleh pelepasan dikarenakan pancaran cahaya terhadp logam, voltmeter sebagai pengukuran tegangan yang dialirkan oleh sumber.

Baterai berperan sebagai pemberi tegangan antara logam dengan kolektor dan besar tegangan diatur dengan menggunakan potensiometer sebagai pembagi tegangan pada rangkaian. 

Sejarah Efek Fotolistrik

Pada tahun 1900 seorang fisikawan Jerman menyampaikan
Teori Kuantum Planck
yang ditemukan oleh Max Planck bahwa suatu atom atau molekul dapat menyerap
atau memancarkan energi dalam jumlah terbatas, energi tersebut bernama
kuantum.

Kemudian pada tahun 1905 Albert Einstein mengemukakan bahwa ketika suatu
cahaya dipancarkan dan fokus terhadap suatu bahan tertentu memicu perpindahan
elektron, yang mana hal tersebut dapat dibuktikan pada alat ujicoba efek
fotolistrik. 

Rumus Efek Fotolistrik

Rumus Energi Foton

Pada efek fotolistrik cahaya tidak dapat diasumsikan sebagai gelombang cahaya namun sebagai partikel cahaya yang dapat divisualisasikan seperti aliran partikel energi elektromagnetik, partikel cahaya tersebut disebut dengan foton. Besar energi foton dihitung sesuai dengan persamaan planck berikut.

E = hv = hc/λ

Keterangan
E : Besar energi foton dalam Joule(J)
h : konstanta planck (6,626× 10-34 J.s)
v : frekuensi cahaya(s-1)
c : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (3×108 m/s)
λ : panjang gelombang cahaya (m)

Sehingga besar energi foton bergantung dengan besar frekuensi cahaya yang dipancarkan.

Rumus Energi Minimum/Ambang pada Efek Fotolistrik

Agar dapat terjadi efek fotolistrik, foton yang terlepas dari logam harus memiliki energi yang cukup agar dapat terlepas yang disebut dengan energi minimum atau energi ambang yang dilambangkan dengan Φ/phi yang berkaitan dengan frekuensi minimun vth cahaya yang yang datang.

Φ = hvth = hc/λth 

Keterangan
Φ : phi, besar energi minimum
h : konstanta planck (6,626× 10-34 J.s)
vth : frekuensi minimum (s-1)
c : kecepatan cahaya (3×108 m/s)
λth : panjang gelombang minimum (m)

Hubungan antara Energi Minimum/Ambang dengan Energi Kinetik Fotoelektron

Energi minimum dengan energi kinetik fotoelektron secara umum dapat dinotasikan sebagai

Efoton = Φ  + Eelektron
hv = hvth + 1/2mev2 

Keterangan:
h : konstanta planck (6,626× 10-34 J.s)
v : frekuensi cahaya (s-1)
vth : frekuensi minimum (s-1)
me : massa elektron (9,1 × 10-31 kg)

Dari hubungan tersebut dapat kita ketahui bahwa efek fotolistrik tidak akan terjadi apabila frekuensi cahaya kurang dari frekuensi minimum (v < vth) kemudian apabila frekuensi cahaya sama dengan frekuensi minimum (v = vth) maka terdapat fotoelektron yang dihasilkan namun dengan energi kinetik sama dengan nol.

Sehingga memerlukan frekuensi gelombang cahaya yang lebih besar dari frekuensi minimum agar terdapat fotoelektron dengan energi kinetik.

Faktor yang berpengaruh pada Efek Fotolistrik

Beberapa hal yang mempengaruhi fenomena fotolistrik ini yaitu:

1. Intensitas Radiasi Cahaya

Ketika besar frekuensi radiasi cahaya dan beda potensial antara logam dengan
kolektor(penerima) dijaga konstan nilainya, maka besar arus fotolistrik/jumlah
fotoelektron perdetik yang mengalir akan berbanding lurus dengan intensitas
radiasi cahaya.

2. Frekuensi Radiasi Cahaya

Pada saat intensitas cahaya bernilai konstan, frekuensi cahaya yang datang
menyebabkan perubahan yang berbanding lurus dengan potensial pemutusan. Energi
kinetik dari fotoelektron berbanding lurus dengan kenaikan frekuensi cahaya
yang datang menghentikan fotoelektron. Sehingga dengan meningkatkan potensial
logam dengan kolektor ke nilai negatif menyebabkan fotoelektron tidak mencapai
kolektor.

3. Beda Potensial antara logam dengan kolektor

Pada saat intensitas dan frekuensi cahaya memiliki nilai konstan, saat beda
potensial positif meningkat secara bertahap, arus fotolistrik akan meningkat
hingga nilai karakteristik. Ketika potensial dinaikan lebih tinggi dari nilai
karakteristik maka tidak ada perubahan arus fotolistrik karena telah mencapai
maksimal yang mana disebut sebagai arus maksimum atau arus saturasi.

Penerapan Efek Fotolistrik dalam Kehidupan

Dalam kehidupan sehari-hari bahkan mungkin kita kurang menyadari bahwa banyak
benda yang merupakan bekerja berdasarkan efek fotolistrik ini yaitu beberapa
diantaranya adalah:

  1. Panel Surya, merupakan alat pembangkit energi listrik untuk dapat
    menghasilkan energi listrik ketika disinari oleh cahaya matahari sehingga
    diperoleh energi murah yang melimpah melalui konversi cahaya kedalam bentuk
    energi listrik.
  2. Sensor Cahaya, merupakan sensor yang digunakan untuk mendeteksi adanya
    cahaya melalui perubahan nilai konduktivitas yang disebabkan oleh cahaya.
  3. Sensor Gerak, biasa disebut dengan sensor PIR (Passive Infrared Receiver)
    bekerja dengan mendeteksi adanya gerakan yang menggunakan efek fotolistrik
    melalui perbedaan suhu tubuh atau benda yang dipantau.
  4. Kamera Digital, menggunakan beberapa sensor seperti CCD (Charge-Coupled
    Device) dan CMOS (Complementary Metal-Oxide-Semikonduktor) bekerja
    berdasarkan tangkapan cahaya yang diolah kembali sehingga dapat menghasilkan
    tangkapan foto.

Sehingga dengan ditemukannya efek fotolistrik dapat bermanfaat dan berguna
bagi kehidupan manusia.

Post Terkait :